Kepada Yth. Direktur Rumah Sakit/Pimpinan/Manajer, Dokter Spesialis Kandungan, Bidan/Perawat, Asisten Dokter Spesialis Kandungan, Dan Pihak-Pihak Terait Lainnya.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal oleh Pusat Diklat merupakan suatu Pelatihan tentang tindakan pencegahan yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian yang di alami oleh ibu-ibu di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Seperti yang di lansir www.unicef.org . Setiap dua menit, di suatu tempat di dunia, seorang perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan juga kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup sangat kecil. Pada setiap wanita yang meninggal, 20 sampai 30 menderita masalah yang signifikan dan juga kadang-kadang seumur hidup karena kehamilan mereka. Oleh karena itu hal ini lah yang membuat para praktisi rumah sakit dan juga anggota tim medis berusaha untuk mengurangi kematian ibu di negara-negara berkembang khusus nya di Indonesia dengan akibat persalinan. Dan juga melakukan hal-hal yang efektif dalam mengurangi kematian ibu dengan sebab persalinan. Oleh karena itu, kami sebagai Lembaga Pelatihan menyediakan pelatihan untuk diikuti.
TUJUAN
Menambah Keahlian Dalam Berbagai Ketrampilan Terkait Dan Juga Tindakan Yang Harus Dilakukan Dalam Persalinan
Dapat Membentuk Tim Persalinan Yang Berkeahlian Dan Juga Handal Dalam Pelaksanaan Persalinan
Dapat Merealisasikan Hal Hal Yang Diperoleh Ketika Mengikuti Pelatihan
Dapat Bertindak Dan Juga Mengawasi Proses Persalinan
MATERI
Kala I Persalinan
Kala II Persalinan
Kala III Persalinan
Pencegahan Infeksi
Nifas (Puerperium)
Robekan Perineum
Partograf
Partograf RSA
Partograf Latihan
Ceklis 60 Langkah APN
Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Resusitasi Neonatus
METODE
Ceramah
Diskusi
Simulasi
Penyusunan Program
BIAYA & FASILITAS
Paket A Rp 6.000.000,- /peserta Menginap di Grage Bussines Hotel Malioboro Yogyakarta
(1 kamar/peserta) selama 3 hari 2 malam, konsumsi (makan pagi, makan siang, makan malam), Coffee break 2 kali sehari, sertifikat, Training kit, foto bersama dan sebuah tas eksklusif.
Paket B Rp 5.000.000,-/peserta
Tanpa Menginap di Hotel, Coffee break 2 kali sehari dengan makan siang di hotel selama 2 hari. Training kit, sertifikat, foto bersama dan sebuah tas eksklusif.
TEMPAT PENYELENGGARAAN: Grage Bussines Hotel (MALIOBORO) Jl. Sosrowijayan No. 242 Yogyakarta
Telp/Fax : (0274) 4436844
WA : 082324284296/081228859896
E-mail : Pusatdiklat_konsultan@yahoo.co.id
Biaya Pelatihan ditransfer melalui Bank Mandiri Cabang Yogyakarta a/n. CV Pusat Diklat, No. Rek. : 137-00-1698692-5 atau dapat dibayar langsung pada saat registrasi.
Catatan :
Batas konfirmasi pendaftaran 3 hari sebelum hari pelaksanaan
Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi. Terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. APN adalah tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan di katakan normal jika janin cukup bulan (37–42 minggu), terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin, dan tidak terdapat komplikasi pada ibu maupun janin. Asuhan persalinan normal bertujuan agar proses melahirkan berjalan bersih dan aman, sehingga angka kematian maupun kecacatan ibu dan bayi berkurang.
Persiapan Pasien
Asuhan persalinan normal yang di persiapkan wanita hamil adalah pikiran dan mental yang positif, yaitu berkeyakinan bahwa melahirkan adalah proses normal dari seorang wanita. Wanita hamil yang siap melahirkan juga memerlukan asupan makanan dan cairan yang cukup.
Selain itu, yang juga penting bagi wanita yang hendak menjalani asuhan persalinan normal adalah mendapat dukungan emosional dari suami dan keluarga. Saat tanda persalinan telah muncul, maka pasien di persiapkan pada posisi nyaman di tempat tidur di dalam ruang persalinan.
Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan bersih, sarung tangan steril, dan sarung tangan panjang steril untuk manual plasenta
Apron panjang dan sepatu boot
Kateter urin
Spuit, intravenous catheter, benang jahit
Cairan antiseptik (iodophors atau chlorhexidine)
Partus set, terdiri dari klem arteri, gunting, gunting episiotomi, gunting tali pusat, klem tali pusat, spekulum, forsep
Kain bersih untuk bayi
Sanitary pads
Obat-obatan seperti oxytocin, ergometrin, misoprostol, magnesium sulfat, tetrasiklin 1% salep mata, cairan normal salin lengkap dengan infus set
Selain peralatan untuk proses persalinan, juga perlu di siapkan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir, seperti laringoskop neonatus, sungkup oksigen neonatus, pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, epinefrin, spuit 1 cc dan 3 cc, pipa orogastrik, gunting plester, dan tabung oksigen.
APN adalah tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan di katakan normal jika janin cukup bulan (37–42 minggu), terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin, dan tidak terdapat komplikasi pada ibu maupun janin. Asuhan persalinan normal bertujuan agar proses melahirkan berjalan bersih dan aman, sehingga angka kematian maupun kecacatan ibu dan bayi berkurang. Asuhan persalinan normal di indikasikan bagi semua wanita hamil karena merupakan proses fisiologis.
Setelah tanda persalinan muncul, proses persalinan dapat berlangsung sesuai dengan kala persalinan. Asuhan persalinan normal memiliki 4 kala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam, yaitu:
Kala I: fase mulai dari kontraksi uterus sampai di latasi serviks lengkap 10 cm
Kala II: fase dari dilatasi serviks lengkap hingga bayi lahir
Kala III: fase mengeluarkan plasenta setelah janin lahir
kala IV: fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum
Kontraindikasi dari persalinan normal di bagi dari kontraindikasi ibu dan kontraindikasi janin. Keadaan yang menjadi kontraindikasi ibu adalah cephalopelvic disproportion, plasenta abnormal, prolaps tali pusat, vaginal birth after cesarean section, miopia tinggi, dan penyakit infeksi menular seksual. Keadaan janin yang dapat menjadi kontraindikasi persalinan normal adalah malpresentasi, makrosomia, dan kadang pada janin kembar. Komplikasi asuhan persalinan normal pada ibu dapat berbeda pada setiap kala I-IV, di antaranya partus lama, distosia, retensio plasenta, atau perdarahan postpartum. Sementara, komplikasi bayi baru lahir dapat terjadi asfiksia atau sepsis neonatorum.
Edukasi yang perlu di berikan kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan normal adalah proses fisiologis sehingga lebih baik daripada sectio caesarea. Persalinan normal memiliki penyembuhan yang lebih cepat, komplikasi lebih minimal, dan hubungan ibu bayi akan lebih kuat. Berikan penjelasan juga mengenai tanda pasti persalinan, kapan ibu harus ke fasilitas kesehatan, serta komplikasi yang mungkin terjadi kepada ibu dan bayi selama proses persalinan normal berlangsung.
Ada tujuh gerakan-gerakan janin dalam persalinan atau gerakan kardinal :
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Teknik asuhan persalinan normal tidak ada yang khusus, karena persalinan terjadi secara spontan tanpa bantuan alat. Tenaga kesehatan membantu pasien yang akan melahirkan sesuai dengan tahap kala persalinan. Tenaga kesehatan harus memastikan asuhan persalinan normal terjadi secara bersih dan aman.
Persiapan Pasien
Asuhan persalinan normal yang di persiapkan wanita hamil adalah pikiran dan mental yang positif, yaitu berkeyakinan bahwa melahirkan adalah proses normal dari seorang wanita. Wanita hamil yang siap melahirkan juga memerlukan asupan makanan dan cairan yang cukup.
Selain itu, yang juga penting bagi wanita yang hendak menjalani asuhan persalinan normal adalah mendapat dukungan emosional dari suami dan keluarga. Saat tanda persalinan telah muncul, maka pasien di persiapkan pada posisi nyaman di tempat tidur di dalam ruang persalinan.
Peralatan
Peralatan yang di perlukan dalam tindakan asuhan persalinan normal secara keseluruhan terbagi untuk peralatan untuk persalinan dan peralatan untuk resusitasi bayi. Secara umum di perlukan sebuah ruang khusus untuk bersalin yang memiliki tirai pembatas antara pasien dan meja bersalin yang dapat membantu pasien dalam posisi setengah duduk dan litotomi.
Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan bersih, sarung tangan steril, dan sarung tangan panjang steril untuk manual plasenta
Apron panjang dan sepatu boot
Kateter urin
Spuit, intravenous catheter, benang jahit
Cairan antiseptik (iodophors atau chlorhexidine)
Partus set, terdiri dari klem arteri, gunting, gunting episiotomi, gunting tali pusat, klem tali pusat, spekulum, forsep
Kain bersih untuk bayi
Sanitary pads
Obat-obatan seperti oxytocin, ergometrin, misoprostol, magnesium sulfat, tetrasiklin 1% salep mata, cairan normal salin lengkap dengan infus set
Posisi
Pada kala I, kontraksi uterus akan dirasakan semakin sering dan kuat sehingga ibu hamil dapat di biarkan di tempat tidur dengan posisi sesuai keinginan ibu agar merasa nyaman. Namun, dapat di sarankan agar ibu berbaring miring ke kiri bila punggung janin ada di sebelah kiri.
Setelah pembukaan lengkap dan memasuki kala II, ibu sebaiknya berada di meja bersalin agar dapat di posisikan setengah duduk dan litotomi. Posisi ini di pertahankan hingga janin dan plasenta di lahirkan. Memasuki kala IV, ibu dapat berbaring kembali atau duduk untuk memulai inisiasi menyusu dini.
Prosedur
Dalam hal ini, Prosedur asuhan persalinan normal berbeda pada setiap kala I hingga kala IV.
Prosedur Kala I
Kala I di mulai dengan kontraksi uterus dan di latasi serviks, terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah pembukaan serviks 1–3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam, sedangkan fase aktif adalah pembukaan serviks 4–10 cm berlangsung sekitar 6 jam.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kala I adalah:
Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu tekanan darah setiap 4 jam serta pemeriksaan kecepatan nadi dan suhu setiap 1 jam
Pemeriksaan kontraksi uterus setiap 30 menit
Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan denyut jantung bayi yang di pengaruhi kontraksi uterus dapat di lakukan dengan prosedur cardiotocography (CTG)
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam untuk menilai di latasi serviks, penurunan kepala janin, dan warna cairan amnion
Terdapat beberapa tindakan yang di lakukan pada kala I tetapi kurang memberikan manfaat, sehingga tidak di lakukan secara rutin, yaitu pemasangan kateter urin dan prosedur enema. Ibu di larang mengejan sebelum kala I selesai, karena dapat menyebabkan kelelahan dan ruptur serviks.
Prosedur Kala II
Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir. Pada kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai instruksi penolong persalinan, yaitu mengejan bersamaan dengan kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung maksimal 2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara.
Tindakan persalinan normal pada kala II adalah:
Persiapan melahirkan kepala bayi
Jaga perineum dengan cara menekannya menggunakan satu tangan yang di lapisi dengan kain kering dan bersih
Jaga kepala bayi dengan tangan sebelahnya agar keluar dalam posisi defleksi, bila perlu di lakukan episiotomi
Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher, jika terdapat lilitan maka di coba untuk melepaskannya melalui kepala janin, jika lilitan terlalu ketat maka klem dan potong tali pusat
Persiapan melahirkan bahu bayi setelah kepala bayi keluar dan terjadi putaran paksi luar
Posisikan kedua tangan biparietal atau di sisi kanan dan kiri kepala bayi
Gerakkan kepala secara perlahan ke arah bawah hingga bahu anterior tampak pada arkus pubis
Gerakkan kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior
Pindahkan tangan kanan ke arah perineum untuk menyanggah bayi bagian kepala, lengan, dan siku sebelah posterior, sedangkan tangan kiri memegang lengan dan siku sebelah anterior
Pindahkan tangan kiri menelusuri punggung dan bokong, dan kedua tungkai kaki saat di lahirkan.
Saat proses melahirkan kala II ini, di larang mendorong abdomen ibu karena dapat menyebabkan komplikasi ruptur uteri.
Prosedur Kala III
Kala III adalah setelah bayi lahir hingga plasenta keluar. Asuhan persalinan yang di lakukan adalah:
Periksa apakah ada bayi ke-2
Suntikkan oksitosin intramuskular pada lateral paha ibu, atau intravena bila sudah terpasang infus
Pasang klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi, lalu tali pusat di tekan dan di dorong ke arah distal atau ke sisi plasenta, dan pasang klem tali pusat ke-2 sekitar 2 cm dari klem pertama
Gunting tali pusat di antara kedua klem, hati-hati dengan perut bayi
Lalu bayi di berikan kepada petugas kesehatan lain yang merawat bayi, atau bayi segera diletakkan di dada ibu untuk inisiasi menyusu dini (IMD)
Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta
Cara peregangan tali pusat adalah satu tangan membawa klem ke arah bawah, sedangkan tangan lainnya memegang uterus sambil didorong ke arah dorso kranial
Jika tali pusat bertambah panjang maka pindahkan klem hingga jarak 5-10 cm dari vulva ibu, lakukan peregangan tali pusat berulang dengan perlahan hingga plasenta lahir spontan
Jika dalam 30 menit plasenta tidak lahir spontan, atau terjadi retensio plasenta, maka lakukan manual plasenta.
Saat proses melahirkan plasenta, di larang menarik tali pusat terlalu keras karena dapat menyebabkan plasenta keluar tidak utuh. Plasenta yang keluar harus di periksa apakah keluar utuh. Jaringan plasenta yang tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan komplikasi di masa nifas seperti infeksi postpartum atau perdarahan pervaginam.
Prosedur Kala IV
Kala IV adalah fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum. Pada kala ini di lakukan penilaian perdarahan pervaginam, bila di temukan robekan jalan lahir maka perlu di lakukan hecting. Setelah itu, tenaga medis harus menilai tanda-tanda vital ibu, memastikan kontraksi uterus baik, dan memastikan tidak terjadi perdarahan postpartum.
Selain itu, ibu sebaiknya di motivasi untuk melakukan IMD dalam waktu minimal 1 jam setelah melahirkan. Setelah proses IMD selesai atau 1 jam setelah lahir, bayi akan di berikan suntikan vitamin K intramuskular di anterolateral paha kiri, dan 1 jam setelahnya di berikan imunisasi hepatitis B pada anterolateral paha kanan. Memandikan bayi selama 24 jam pertama sebaiknya di hindari untuk mencegah hipotermia.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan kebidanan pada asuhan persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Angka kematian ibu (AKI) dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting. Intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terlatih. Agar tenaga penolong yang terlatih tersebut (bidan atau dokter) dapat memberikan pelayanan yang bermutu, maka diperlukan adanya standar pelayanan, karena dengan standar pelayanan para petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka, apa yang harus mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan serta kompetensi apa yang diperlukan.
Pada setiap wanita yang meninggal, 20 sampai 30 menderita masalah yang signifikan dan kadang-kadang seumur hidup karena kehamilan mereka. oleh karena itu hal ini lah yang membuat para praktisi rumah sakit dan anggota tim medis berusaha untuk mengurangi kematian ibu di negara-negara berkembang khusus nya di Indonesia dengan akibat persalinan. Dan melakukan hal-hal yang efektif dalam rangka mengurangi kematian ibu dengan sebab persalinan.
Pelatihan APN merupakan pelatihan teknis kesehatan berbasis kompetensi yang mana komponen praktiknya lebih banyak dibandingkan komponen teoritis di dalam kelas. Pada sertifikasi Pelatihan APN, peserta akan mendapatkan sertifikat yang menyatakan telah mencapai sasaran kompetensi yang dipersyaratkan. Seperti yang di lansir www.unicef.org. Setiap dua menit, seorang perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup meskipun sangat kecil. Sehingga pada setiap wanita yang meninggal, 20 sampai 30 menderita masalah yang signifikan dan kadang-kadang seumur hidup karena kehamilan mereka. Oleh karena itu hal ini membuat para praktisi rumah sakit dan anggota tim medis berusaha untuk mengurangi kematian ibu di negara berkembang dengan akibat persalinan. Dan melakukan hal-hal yang efektif dalam rangka mengurangi kematian ibu dengan sebab persalinan. Pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan
intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah.
Asuhan Persalinan Normal demikian sehingga tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin oleh karena itu tidak terdapat komplikasi pada ibu maupun janin. Pelatihan APN merupakan pelatihan teknis pelayanan kesehatan berbasis kompetensi. Komponen praktis dari kursus ini lebih dari sekedar bagian teoritis di kelas. Oleh karena itu dengan adanya sertifikasi pelatihan, peserta akan memperoleh sertifikat bahwa mereka telah mencapai target kompetensi. Asuhan persalinan normal bertujuan agar proses melahirkan berjalan bersih dan aman, sehingga angka kematian maupun kecacatan ibu dan bayi berkurang. Jadi setelah tanda persalinan muncul, proses persalinan dapat berlangsung sesuai dengan kala persalinan.
TUJUAN Pelatihan APN adalah Meningkatkan sikap bersahabat, ramah serta memperhatikan keamanan dan keselamatan klien dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal (APN) dan penanganan awal penyakit serta merujuk pada saat yang tepat.
Informasi terkait Pelatihan APN yang diselenggarakan Pusat Diklat KLIK DISINI