Gizi buruk berbeda dengan stunting di tandai dengan badan anak yang terlalu kurus di bandingkan tinggi badannya. Sedangkan stunting di tandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Jika sebelumnya pengertian secara umum dapat di artikan sebagai kondisi serius. Dimana asupan makan seseorang tidak sesuai dengan nutrisi yang semestinya diperlukan. Maka, gizi kurang sendiri dapat di artikan lebih spesifik sebagai kondisi dimana nutrisi tidak dipenuhi dengan baik.
Penyebab Gizi Buruk
Penyebab utamanya adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak. Kekurangan asupan ini bisa terjadi karena tidak tersedianya bahan makanan yang berkualitas baik. Selain itu, juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC.
Faktor Risiko Gizi Buruk
Risiko terjadinya pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut :
- Hamil di usia remaja
- Malnutrisi
- Kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba
- Terinfeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B
- Tingkat pendidikan rendah
- Kemiskinan
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya gizi buruk adalah :
- Terlahir prematur atau berat badan lahir rendah.
- Mengalami infeksi kronis atau infeksi berulang.
- Berkebutuhan khusus, misalnya cerebral palsy.
- Terlahir dengan kelainan bawaan, seperti bibir sumbing, kelainan pada sistem pencernaan, malabsorbsi makanan, atau penyakit jantung bawaan.
- Mendapatkan pola asuh yang tidak menunjang tumbuh kembangnya.
- Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak mendapat akses untuk air bersih, dan berpolusi.
Gejala Gizi Buruk
Gejala yang menunjukkan anak mengalami gizi buruk adalah :
- Tubuh anak tampak sangat kurus
- Wajah keriput
- Kulit kering
- Perut tampak buncit
- Sering lemas dan tidak aktif bermain
- Gangguan tumbuh kembang
- Rambut mudah rontok dan tampak kusam
- Pembengkakan (edema) di tungkai
Pemeriksaan Gizi Buruk
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, serta mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan atas anak. Selanjutnya, seluruh hasil pengukuran tersebut akan dimasukkan ke dalam kurva pertumbuhan WHO.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi :
- Tes darah, untuk mendeteksi kadar Hb (hemoglobin) dan gangguan elektrolit yang sering terjadi pada anak dengan gizi buruk.
- Foto rontgen dada dan tes Mantoux, untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis yang sering menimbulkan gizi buruk.
Penanganan Gizi Buruk
Anak dengan gizi buruk perlu menjalani rawat inap di rumah sakit agar dokter dapat menstabilkan kondisi dan tanda-tanda vital anak. Berikut adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter :
- Menyelimuti anak untuk menjaga suhu tubuhnya.
- Memberikan cairan infus untuk mengatasi dehidrasi.
- Mengobati infeksi dengan pemberian antibiotik.
- Memberikan suplemen, berupa vitamin A, zat besi, dan juga asam folat.
- Memberikan vaksin
Selain upaya-upaya di atas, dokter juga dapat memberikan makanan cair khusus berupa F75, F100 atau Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF), melalui mulut atau selang makan secara perlahan dan juga bertahap. Makanan tersebut berisi susu, mentega, minyak, gula, dan juga kacang, yang di tambahkan dengan vitamin dan mineral.
Komplikasi Gizi Buruk
Gizi buruk yang tidak tertangani bisa menyebabkan komplikasi berupa :
- Dehidrasi berat
- Hipotermia
- Anemia
- Gangguan tumbuh kembang
- Gangguan otak
- Terserang penyakit infeksi berat
- Kematian
Pencegahan Gizi Buruk
- Memberikan makanan bergizi lengkap dan juga seimbang sesuai kebutuhan anak.
- Menerapkan pola asuh yang baik.
- Memberikan ASI eksklusif hingga usia anak 6 bulan, di lanjutkan dengan memberikan MPASI yang bergizi lengkap dan juga seimbang.
- Mengukur tinggi dan juga berat badan anak secara berkala.
- Membawa anak untuk segera berobat bila terkena penyakit infeksi.