Kamar Operasi adalah ruangan khusus memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien saat sebelum, selama, dan juga sesaat sesudah di lakukan tindakan pembedahan.
Adapun jenis-jenis kamar adalah sebagai berikut:
Kamar Operasi Bersih adalah ruang yang di gunakan untuk operasi pada daerah tubuh tanpa radang. Operasi di ruangan ini di lakukan tanpa membuka saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, atau saluran billier.
Kamar Operasi Bersih Terkontaminasi adalah ruang yang di gunakan untuk operasi dengan membuka saluran pernapasan. Ruangan ini juga dapat di lakukan untuk operasi saluran pencernaan, saluran kemih, saluran bilier, atau saluran reproduksi. Jenis pembedahan lainnya yang dapat di lakukan di ruangan ini seperti operasi sectio caesarea (melahirkan caesar), appendiktomi (usus buntu), jahit luka, atau pembedahan sejenis.
Kamar Operasi Tidak Bersih adalah ruang yang di lakukan untuk melakukan pembedahan seperti pada saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, saluran bilier, atau saluran reproduksi dengan pencemaran nyata. Pembedahan yang di lakukan pada ruangan ini misalnya adalah apendiktomi perforasi (bocor) atau pembedahan sejenis lainnya.
Ruang operasi di bagi atas beberapa ruang, antara lain;
Kualitas sumber daya manusia bagi rumah sakit adalah yang utama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apalagi saat ini Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 2014 telah di terapkan yang berimplikasi pada sistem penghitungan beban kerja dan juga jumlah tenaga, sistem penilaian kinerja serta sistem remunerasi. Adanya perubahan sistem pembiayaan tersebut otomastis berdampak pada mekanisme serta formula pemberian kompensasi kepada SDM di rumah sakit. Kompensasi tersebut di berikan berdasar perhitungan yang di peroleh berdasar beban kerja dan juga kinerja SDM. Ditambah lagi adanya Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS maka remunerasi bagi SDM di rumah sakit sangat diperlukan.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan dan juga keterampilan dalam meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit dalam menyusun sistem remunerasi untuk meningkatkan komitmen SDM sehingga mampu meningkatkan kinerja, mutu layanan dan juga daya saing rumah sakit.
Sehubungan dengan hal semua diatas, maka kami dari PUSAT DIKLAT bersama para Pakar dan juga Nara sumber yang berkompetenakan mengadakan PELATIHAN KHUSUS : ” PENYUSUNAN SISTEM REMUNERASI”
Tujuan
Mampu Meningkatkan Kemampuan Dan Juga Keterampilan Dalam Meningkatkan Kemampuan Manajemen Rumah Sakit Dalam Menyusun Sistem Remunerasi Untuk Meningkatkan Komitmen SDM Sehingga Mampu Meningkatkan Kinerja, Mutu Layanan Dan Juga Daya Saing Rumah Sakit.
Materi
Introductionn : sisitem remunerasi SDM
Visi dan misis serta rencana strategis rumah sakit
Kebijakan strategi dan tujuan sistem remunerasi dan membahas KMK no. 625/2010 tentang pedoman penyusunan remunerasi pegawai BLU rumah sakit
Remunerasi Sebagai Motivasi Dalam Meningkatkan Kinerja,
Teknik Mendesign Sistem Remunerasi Profesional medis dan non medis rumah sakit
Metdoe penentuan target, perumusan indikatorkinerja induvidu dan indikator kinerja unit
Pembuatan analisa jabatan dengan instrument JAQ (job analysis quesonnaire)
Menyusun sistem remunerasi dalam kontak akuntabilitas dan juga keterkaitan antar sistem
Penyusunan dokumen usulan/proposal sistem remunerasi rumah sakit
Analisa remunerasi
Pembuatan evaluasi jabatan (job value) dengan faktor penimbang (compasible factor) dan juga penentuan nilai jabatan
6. Praktik Menyusun dan Menghitung Remunerasi Rumah Sakit.
7. Simulasi mendesign dan juga meredesign, serta membuat model sistem remunerasi profesional medis dan non medis rumah sakit.
METODE BIMTEK
Ceramah
Diskusi
Simulasi
Penyusunan Program
BIAYA & FASILITAS
Paket A Rp 5.500.000,- /peserta
Menginap di Grage Bussines Hotel Yogyakarta (1 kamar/peserta) selama 3 hari 2 malam, konsumsi (makan pagi, makan siang, makan malam), Coffee break 2 kali sehari, sertifikat, Training kit, foto bersama dan sebuah tas eksklusif.
Paket B Rp 4.500.000,-/peserta Tanpa Menginap di Hotel, Coffee break 2 kali sehari dengan makan siang di hotel selama 2 hari. Training kit, sertifikat, foto bersama dan sebuah tas eksklusif.
TEMPAT PENYELENGGARAAN: Grage Bussines Hotel Yogyakarta (Malioboro) Jl. Sosrowijayan No. 242 Yogyakarta
Telp/Fax : (0274) 4436844
WA : 082324284296/081228859896
E-mail : Pusatdiklat_konsultan@yahoo.co.id
Biaya Pelatihan ditransfer melalui Bank Mandiri Cabang Yogyakarta a/n. CV Pusat Diklat, No. Rek. : 137-00-1698692-5 atau dapat dibayar langsung pada saat registrasi.
Catatan :
Batas konfirmasi pendaftaran 3 hari sebelum hari pelaksanaan
Gizi buruk berbeda dengan stunting di tandai dengan badan anak yang terlalu kurus di bandingkan tinggi badannya. Sedangkan stunting di tandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Jika sebelumnya pengertian secara umum dapat di artikan sebagai kondisi serius. Dimana asupan makan seseorang tidak sesuai dengan nutrisi yang semestinya diperlukan. Maka, gizi kurang sendiri dapat di artikan lebih spesifik sebagai kondisi dimana nutrisi tidak dipenuhi dengan baik.
Penyebab Gizi Buruk
Penyebab utamanya adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak. Kekurangan asupan ini bisa terjadi karena tidak tersedianya bahan makanan yang berkualitas baik. Selain itu, juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC.
Faktor Risiko Gizi Buruk
Risiko terjadinya pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut :
Kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba
Terinfeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B
Tingkat pendidikan rendah
Kemiskinan
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya gizi buruk adalah :
Terlahir prematur atau berat badan lahir rendah.
Mengalami infeksi kronis atau infeksi berulang.
Berkebutuhan khusus, misalnya cerebral palsy.
Terlahir dengan kelainan bawaan, seperti bibir sumbing, kelainan pada sistem pencernaan, malabsorbsi makanan, atau penyakit jantung bawaan.
Mendapatkan pola asuh yang tidak menunjang tumbuh kembangnya.
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak mendapat akses untuk air bersih, dan berpolusi.
Gejala Gizi Buruk
Gejala yang menunjukkan anak mengalami gizi buruk adalah :
Tubuh anak tampak sangat kurus
Wajah keriput
Kulit kering
Perut tampak buncit
Sering lemas dan tidak aktif bermain
Gangguan tumbuh kembang
Rambut mudah rontok dan tampak kusam
Pembengkakan (edema) di tungkai
Pemeriksaan Gizi Buruk
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, serta mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan atas anak. Selanjutnya, seluruh hasil pengukuran tersebut akan dimasukkan ke dalam kurva pertumbuhan WHO.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi :
Tes darah, untuk mendeteksi kadar Hb (hemoglobin) dan gangguan elektrolit yang sering terjadi pada anak dengan gizi buruk.
Foto rontgen dada dan tes Mantoux, untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis yang sering menimbulkan gizi buruk.
Penanganan Gizi Buruk
Anak dengan gizi buruk perlu menjalani rawat inap di rumah sakit agar dokter dapat menstabilkan kondisi dan tanda-tanda vital anak. Berikut adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter :
Menyelimuti anak untuk menjaga suhu tubuhnya.
Memberikan cairan infus untuk mengatasi dehidrasi.
Mengobati infeksi dengan pemberian antibiotik.
Memberikan suplemen, berupa vitamin A, zat besi, dan juga asam folat.
Memberikan vaksin
Selain upaya-upaya di atas, dokter juga dapat memberikan makanan cair khusus berupa F75, F100 atau Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF), melalui mulut atau selang makan secara perlahan dan juga bertahap. Makanan tersebut berisi susu, mentega, minyak, gula, dan juga kacang, yang di tambahkan dengan vitamin dan mineral.
Komplikasi Gizi Buruk
Gizi buruk yang tidak tertangani bisa menyebabkan komplikasi berupa :
Dehidrasi berat
Hipotermia
Anemia
Gangguan tumbuh kembang
Gangguan otak
Terserang penyakit infeksi berat
Kematian
Pencegahan Gizi Buruk
Memberikan makanan bergizi lengkap dan juga seimbang sesuai kebutuhan anak.
Menerapkan pola asuh yang baik.
Memberikan ASI eksklusif hingga usia anak 6 bulan, di lanjutkan dengan memberikan MPASI yang bergizi lengkap dan juga seimbang.
Mengukur tinggi dan juga berat badan anak secara berkala.
Membawa anak untuk segera berobat bila terkena penyakit infeksi.
Intrauterine device (IUD) dapat di pasang dini setelah persalinan ataupun ditunda. IUD merupakan metode kontrasepsi yang sering di rekomendasikan bagi wanita pascapersalinan karena efikasinya yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Pada periode postpartum, penundaan pemasangan kontrasepsi sering di temukan. Padahal, pemasangan kontrasepsi setelah melahirkan dapat membantu memanjangkan interval antar kehamilan yang bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Mencegah kehamilan yang tidak di rencanakan dengan menggunakan kontrasepsi akan membantu menghindari beban finansial, psikologi, dan kesehatan yang tidak perlu.
Pembagian Waktu Pemasangan Intrauterine Device (IUD)
Pemasangan intrauterine device (IUD) dapat di lakukan pascapersalinan baik pada pasien yang menjalani persalinan spontan maupun sectio caesarea, juga pada pasien yang menyusui ataupun tidak menyusui. Berdasarkan panduan WHO, waktu pemasangan IUD pascapersalinan terbagi menjadi 4 kelompok yaitu:
Insersi dini pascaplasenta, yaitu dilakukan dalam waktu 10 menit pasca ekspulsi plasenta
Insersi segera pascapersalinan, yaitu di lakukan dalam waktu lebih dari 10 menit sampai 48 jam pascapersalinan
Insersi tunda pascapersalinan, yaitu di lakukan dalam waktu lebih dari 48 jam sampai 4 minggu pascapersalinan
Insersi interval pascapersalinan, yaitu di lakukan dalam waktu lebih dari 4 minggu pascapersalinan[2–4,17]
Peralatan
Peralatan yang di perlukan untuk pemasangan IUD antara lain:
Satu set IUD steril: umumnya berbentuk T dengan panjang 30-36 mm dan lebar 28-32 mm (ukuran yang lebih kecil di indikasikan untuk nulipara dan remaja/wanita muda)
Spekulum cocor bebek
Gunting panjang
Sonde uterus.
Tenakulum satu gigi
Tampon tang
Sarung tangan steril
Kasa steril
Cairan antiseptik povidone iodine
Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat logam
Lampu sorot ginekologi
Prosedural
Langkah-langkah pemasangan IUD yaitu:
Informed consent: dalam informed consent, pasien perlu dijelaskan secara singkat mengenai prosedur yang akan dijalani dan ketidaknyamanan atau nyeri yang mungkin akan dirasakan saat pemasangan
Pastikan ruangan dengan penerangan cukup dan privasi pasien tetap terjaga. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan tangan dengan kain bersih. Kemudian, pakai sarung tangan steril
Siapkan IUD dan susun alat-alat di atas tempat steril
Anjurkan pasien untuk kencing dan membersihkan alat kelamin. Kemudian, atur posisi pasien litotomi
Nyalakan lampu sorot untuk melihat serviks
Gunakan spekulum untuk visualisasi serviks
Bersihkan atau usap vagina dan serviks dengan kasa steril yang di beri larutan antiseptik
Jepit serviks dengan tenakulum dengan hati-hati
Masukkan sonde uterus secara hati-hati ke dalam uterus (sekali masuk) tanpa menyentuh dinding vagina atau spekulum. Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus
Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
Pegang tabung inserter dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan IUD). Lakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
Lepaskan lengan IUD dengan menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan pendorong
Keluarkan pendorong IUD dan tabung inserter di dorong kembali ke serviks secara hati-hati sampai batas leher biru
Keluarkan sebagian benang IUD kurang lebih 3-4 cm dari tabung inserter kemudian di gunting
Keluarkan seluruh tabung inserter
Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, pastikan tidak ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan tenakulum. Jika ada perdarahan, tekan dengan kasa steril yang di beri povidone iodine selama 30-60 detik
Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Rendam tenakulum dan spekulum yang sudah di pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk tindakan dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang sudah tidak di pakai lagi (kasa, sarung tangan) ke tempat sampah terkontaminasi
Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan keringkan
Evaluasi selama 15 menit dan pastikan pasien tidak mengalami kram hebat
Lengkapi rekam medik pasien dan berikan kartu IUD kepada pasien
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan juga kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan juga kultural yang holistik yang di tujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan juga masyarakat.
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process. (Cunningham dan Brookbank, 1988).
Batasan – Batasan Lansia
Depkes RI membagi lansia sebagai berikut:
1. Menjelang Usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
2. Usia Lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
3. Usia Lanjut (65 tahun <) sebagai masa senium
Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Usia Lanjut: 60-70 tahun
2. Usia Tua: 75-89 tahun
3. Usia sangat lanjut > 90 tahun
Asuhan keperawatan Gerontik pada lansia bertujuan agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri, dengan promotif, preventif dan juga rehabilitatif sehingga lansia memiliki rasa ketenangan dalam hidup dan juga rasa produktif sampai akhir hayatnya. Asuhan keperawatan di tujukan pada aspek bio-psiko-sosial-kultural dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan di sesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia aktif
Asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hyang iene, kebersihan gigi dan juga mulut atau gigi palsu. Kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga,
kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan serta makanan yang sesuai.
2. Untuk lanjut usia pasif Asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif (tergantung pada orang lain) pada dasarnya sama dengan lanjut usia aktif dengan bantuan
anggota keluarga maupun tenaga puskesmas. Fokus asuhan keperawatan pada lansia di tekankan pada:
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya di singkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya di singkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di mana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Untuk memutus rantai infeksi sehingga dapat meminimalkan insiden HAIs pada fasyankes. PPI wajib di laksanakan oleh seluruh individu baik pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat pada fasyankes. Seperti melakukan kebersihan tangan, pemakaian Alat Pelindung Diri dengan benar, pengendalian lingkungan, penanganan limbah dengan benar dan lain-lain.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
Untuk menurunkan atau meminimalkan insiden rate HAIs ini maka di buatlah suatu kebijakan dari Kemenkes bahwa setiap Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya harus melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Namun sangat di sayangkan saat ini masih banyak pihak manajemen Rumah Sakit yang kurang peduli dengan masalah ini. Sehingga pelaksanaan PPI hanya karena kebutuhan adanya akreditasi. Yang seharusnya merupakan suatu standar yang harus di laksanakan oleh Rumah Sakit dan Fasyankes lainnya
Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya memiliki peran untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang meliputi preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Pelayanan kesehatan yang diberikan harus bermutu, bertanggung jawab dan transparan, untuk keamanan pasien (patient safety) Salah satu goals dari Patient safety adalah menurunkan insiden rate infeksi terkait pelayanan kesehatan yang saat ini dikenal sebagai HAIs (Healtcare Associetd Infections).
HAIs dapat meningkatkan hari rawat yang lama, sehingga meningkatkan biaya, produktifitas pasien maupun Rumah Sakit akan menurun. Dan dapat menimbulkan kematian atau kecacatan bahkan dapat timbul tuntutan hukum, mutu dan citra pelayanan Kesehatan akan menurun. Banyak faktor penyebab terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan antara lain, kurangnya pengetahuan, kurangnya fasilitas, kepatuhan terhadap standar prosedural buruk, kondisi pasien yang sangat kompleks, kurang kepeduliaan dari tenaga kesehatan.
Service excellent di sebut Seni menciptakan nilai bagi orang lain ialah bagaimana menciptakan kesan yang baik, yang selalu di ingat orang lain terhadap diri kita, Excellent adalah sesuatu yang di berikan mempunyai kualitas tinggi dan juga melebihi apa yang di harapkan oleh pelanggan., maka pengertian excellent service atau pelayanan prima adalah suatu pelayanan yang terbaik dan juga memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan bahkan lebih.
Dalam hal ini, Service excellent bukanlah pelayanan yang mewah, sebaliknya definisi konsep ini justru sederhana, yaitu secara konsisten memberikan pelayanan yang sesuai bahkan melebihi ekspektasi pengguna layanan. Pasien atau keluarga pasien berhak mengajukan komplain dan juga keluhan apabila mereka merasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut terdapat kekeliruan dan ketidakpuasan. Biasanya komplain akan segera di ungkapkan pasien secara langsung melalui tenaga medis yang bertugas saat itu. Padahal masyarakat perlu mengetahui bagaimana SOP dan juga alur penanganan komplain di rumah sakit agar mereka gak asal mengeluhkan pelayanan kepada semua tenaga medis yang bergantian jam bertugasnya.
Cara Mengatasi Komplain Pasien di Rumah Sakit
SOP penanganan komplain di rumah sakit penting untuk di buat setiap rumah sakit dengan tujuan agar manajemen rumah sakit mengetahui kekurangan sistem operasional rumah sakit saat ini dan juga mendengar langsung persoalan yang sering di alami pasien dan juga keluarganya sehingga Anda bisa segera memperbaikinya.
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia Nomor HK.02.04/III.8/066/2016 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi menyebutkan 8 prinsip penerimaan dan penanganan pengaduan di rumah sakit.
1. Objektivitas
2. Koordinasi
3. Efektivitas dan Efisiensi
4. Akuntabilitas
5. Kerahasiaan
6. Transparan
7. Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence)
8. Proses Pemeriksaan dan juga Penyelidikan Dilengkapi dengan Dokumen Tertulis
Pentingnya Sistem Manajemen Komplain pada Rumah Sakit
Komplain yang di ajukan pasien umumnya berkaitan tentang kepuasan mereka terhadap pelayanan rumah sakit. Adapun contoh kasus komplain pasien di rumah sakit, sebagai berikut:
Ketidakpuasan terhadap fasilitas rumah sakit.
Tenaga medis kurang memperhatikan kondisi kesehatan pasien, misalnya suster yang lupa memberi tahu perkembangan pasien kepada dokter ataupun sebaliknya.
Pasien diperbolehkan meninggalkan rumah sakit dalam kondisi masih sakit.
Rumah sakit membocorkan data kerahasiaan pasien.
Ruma sakit tidak meminta informed consent pasien.
Pasien merasa diperlakukan tidak wajar dan juga perlakuan kurang sopan.
Perencanaan SDM adalah proses sistematis dan juga berkelanjutan untuk menganalisis kebutuhan organisasi terhadap SDM dalam situasi yang selalu berubah serta mengembangkan kebijakan personalia yang sesuai dengan rencana jangka panjang organisasi.
Proses perencanaan SDM
Secara mendasar, proses perencanaan sumber daya manusia melibatkan tiga poin utama, yaitu:
1) Proses pembentukan data rekapitulasi
Pada tahap ini, perusahaan membentuk data administrasi yang ada untuk melakukan analisis dan juga simulasi. Tujuannya, mendapatkan gambaran tentang kekuatan SDM saat ini, termasuk ketersediaan dan juga kompetensi karyawan.
2) Proses pengadaan SDM
Tahap kedua melibatkan pengumpulan informasi terkait calon karyawan potensial serta penilaian dan juga penerapan kriteria tertentu untuk proses rekrutmen.
3) Proses alokasi SDM
Pada terkahir, data administrasi di gunakan untuk menganalisis dan juga menentukan penempatan karyawan agar lebih tepat. Penempatan akan di sesuaikan dengan kompetensi dan/atau kebutuhan perusahaan.
Dengan menjalankan ketiganya, perencanaan SDM dapat di lakukan dengan lebih terstruktur dan juga terarah, membantu perusahaan dalam mengelola kekuatan manusia, serta mengidentifikasi kebutuhan dan penempatan yang optimal.
Sistem perencanaan SDM
Sistem perencanaan SDM di rumah sakit merupakan suatu pendekatan yang penting untuk memastikan bahwa rumah sakit memiliki jumlah, kualitas, dan SDM profesional yang memadai.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam sistem perencanaan SDM di rumah sakit antara lain:
1) Penyusunan Pedoman
Kementerian kesehatan menetapkan pedoman penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit.
2) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan metode seperti workload indicators of staffing need (WISN) untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang di perlukan berdasarkan beban kerja yang ada.
3) Pengelolaan Data
Pencatatan data menjadi bagian dari dokumentasi data pada sistem informasi manajemen rumah sakit.
4) Peraturan dan Tata Tertib Kerja
Rumah sakit perlu membuat kebijakan tentang sistem kepegawaian, peraturan, dan tata tertib kerja.
5) Pendidikan dan Pelatihan
Menyediakan pendidikan dan pelatihan kepada SDM rumah sakit berguna untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka untuk menjalankan tugas dan fungsi kerja.
Sistem perencanaan SDM di rumah sakit bertujuan untuk memastikan bahwa rumah sakit memiliki SDM berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Asesor merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian. Sedangkan asesor internal merupakan seseorang yang memiliki kemampuan untuk memahami prosedur pelaksanaan assessment. Biasanya asesor ini berperan untuk melakukan evaluasi kualitas pelayanan serta keselamatan pasien, serta melakukan self assessment. Biasanya para asesor ini akan melakukan tugasnya saat sedang mempersiapkan survei hingga setelah survey di lakukan. Proses survei ini juga harus di lakukan dengan benar, misalnya seorang asesor rumah sakit harus mencari bukti mengenai mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Selain itu juga sistem yang mendukung pelayanan dan keselamatan pasien, serta memantau kepatuhan para staf.
Jika Anda ingin menjadi seorang asesor maka Anda bisa mendatar melalui lembaga LSP yang sudah terdaftar BNSP. Anda bisa memilih bidang asesor yang di minati misalnya teknologi, rumah sakit atau tata boga. Biasanya untuk masa berlaku seorang asesor ini hanya dalam jangka waktu 3 tahun saja, dan bisa di terbitkan kembali jika permohonan memenuhi syarat. Perpanjangan ini juga berdasarkan kemampuan seorang asesor untuk melakukan assessment.
Kemampuan Yang Harus Di miliki Seorang Asesor
Syarat yang harus di penuhi untuk menjadi seorang asesor, salah satunya pendidikan minimal D1. Selain itu asesor juga harus memahami persyaratan dan prosedur dalam lisensi, sertifikasi lembaga dan sertifikasi tempat uji. Biasanya asesor internal ini di bagi kedalam beberapa tugas misalnya seperti medis, manajemen dan keperawatan. Ada beberapa Keuntungan yang bisa di dapatkan saat menjadi seorang asesor seperti memiliki kewenangan untuk menilai kinerja pada pihak yang di uji.
Dengan melakukan penilaian ini maka seorang asesor akan mendapat fee dari LSP karena jasanya yang telah melakukan assessment. Anda juga akan mendapat banyak teman dan relasi saat menjadi seorang asesor internal, saat menjadi seorang asesor Anda harus bisa berkomunikasi dengan baik. Meskipun begitu seorang asesor juga harus memiliki beberapa kemampuan untuk bisa menilai pihak yang di uji, karena penilaian tidak bisa di lakukan sembarangan. Nah berikut ini beberapa kemampuan yang harus di miliki seorang asesor.
Kemampuan Melakukan Asesmen
Skill pertama yang harus di miliki seorang asesor adalah kemampuan untuk melakukan asesmen atau pengujian. Kemampuan ini meliputi asesmen, kode etik, proses serta hasil dari asesmen yang di lakukan.
Kemampuan Teknis
Berikutnya, yang harus di miliki oleh seorang asesor adalah kemampuan dalam menguasai teknis asesmen. Seorang asesor harus bisa menguasai materi asesmen, kemampuan ini harus sesuai dengan yang akan diasesmen. Misalnya seorang asesor internal harus menguasai hal-hal mengenai rumah sakit yang akan di asesmen, mulai dari teknis hingga informasi lainnya. Misalnya seperti menguji sistem pelayanan rumah sakit dengan tujuan mencari informasi mutu pelayanan rumah sakit tersebut
Hypnobirthing merupakan sebuah metode yang menggunakan self-hypnosis atau hipnotis diri sendiri serta teknik relaksasi yang berguna untuk membantu ibu mengurangi rasa cemas dan takut saat menghadapi persalinan. Hypnobirthing merupakan perkembangan dari hypnosis yang digunakan untuk mengobati diri sendiri akan trauma atau phobia yang sifatnya ringan.
Dalam hal ini, Hypnobirthing dapat membantu ibu hamil dalam mengatasi ketakutan dan sehingga mengurangi rasa sakit saat bersalin. Ibu juga akan lebih rileks dan nyaman saat melahirkan. Tubuh manusia memiliki sistem yang luar biasa. Ketika tenang, tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang dapat mengatasi rasa sakit dan nyeri. Sebaliknya, ketika cemas, hormon kortisol yang keluar dan mampu menghalangi hormon endorfin untuk mengatasi nyeri. Inilah yang membuat persalinan semakin sakit saat Ibu tidak dalam keadaan rileks.
Peran hypnobirthing di sini adalah mengatasi ketakutan dan kecemasan tersebut. Ibu hamil membutuhkan pendampingan fasilitator di awal pada saat menerapkan hypnobirthing Sebaiknya pasangan juga mempelajari metode karena pasangan umumnya akan menemani ibu hamil pada saat proses persalinan.
Cara Kerja Hypnobirthing
Hypnobirthing bekerja dengan berdasar pada kekuatan sugesti. Metode ini dapat memanfaatkan musik, video, serta kata-kata yang positif untuk mengarahkan pikiran, merilekskan tubuh, serta mengendalikan nafas ketika proses persalinan terjadi. Musik yang di putar dapat berupa kicauan burung, suara alam, gemericik air, atau kalimat positif yang menenangkan.
Proses hypnosis pada hypnobirthing dapat di lakukan sendiri, bersama dengan pasangan, atau dengan pendampingan fasilitator. Jika ibu hamil dan pasangan ingin melakukan hypnobirthing sendiri, maka dapat mengikuti pelatihan atau kelas khusus hypnobirthing. Di kelas tersebut, calon ibu dan pasangan akan di ajarkan bagaimana teknik yang benar saat bersalin, posisi tubuh, relaksasi, self-hypnosis, serta teknik bernapas. Biasanya kelas tersebut sudah dapat di ikuti ketika usia kandungan ibu mencapai 32 bulan.
Tahapan Hypnobirthing
Ada beberapa tahapan yang perlu di lakukan oleh Ibu saat melakukan hypnobirthing. Beberapa tahapan tersebut meliputi:
Pastikan Kondisi Ruangan Tenang
Sebelum memulai hypnobirthing, perlu di pastikan bahwa kondisi ruangan tenang. Alunan musik serta aromaterapi yang menenangkan juga di sarankan untuk membuat ibu hamil merasa tenang. Kondisi ruangan yang tenang serta nyaman sangat mendukung keberhasilan hypnobirthing.
Relaksasi Otot
Setelah memastikan kondisi ruangan, langkah pertama yang di lakukan adalah relaksasi otot. Relaksasi otot di awali dengan peregangan otot kaki, otot tangan, hingga leher. Kemudian hembuskan nafas perlahan dan buang pikiran negatif yang mengganggu. Pada saat relaksasi, usahakan untuk fokus dan benar-benar rileks. Kenyamanan Ibu saat melakukan tahapan ini sangat berpengaruh pada keberhasilan.
Fokus pada Satu Titik
Jika tahapan relaksasi sudah di lakukan, tahapan selanjutnya adalah fokus pada satu titik. Arahkan mata ke satu titik sampai benar-benar fokus, mengantuk, dan akhirnya ingin memejamkan mata.
Sugesti
Pada saat mata terpejam, fasilitator akan mulai menanamkan sugesti positif mengenai proses persalinan. Kata-kata positif akan sangat mudah masuk ke alam bawah sadar saat proses ini berlangsung. Tugas Ibu hanyalah mendengarkan sugesti dari fasilitator dengan fokus untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Umumnya fasilitator hanya akan memberikan terapi sebanyak 3 kali. Selanjutnya Ibu perlu melatihnya sendiri di rumah. Justru proses latihan di rumah ini yang paling penting di lakukan supaya ketika saatnya nanti, Ibu dapat mempraktekkannya dengan baik. Karena jika tidak di latih, terapi hypnobirthing tidak akan membawa banyak pengaruh.
Ibu juga perlu rileks dan nyaman saat melakukan terapi ini untuk menghilangkan memori tidak baik mengenai persalinan yang menakutkan. Hypnobirthing merupakan seni berkomunikasi dengan alam bawah sadar yang diharapkan mampu menumbuhkan pikiran positif ibu hamil.
Manfaat dari Hypnobirthing
Penggunaan metode ini untuk persalinan tentu bukan tanpa tujuan. Ibu bisa merasakan banyak manfaat saat hypnobirthing diterapkan. Kecemasan dan ketakutan yang selama ini mengganggu dapat dihilangkan dan hal ini akan membuat perasaan Ibu lebih lega. Janin di dalam kandungan juga dapat merasakan perasaan nyaman dan rileks sehingga proses persalinan lebih mudah.
Beberapa manfaat yang dapat Ibu petik saat menggunakan metode hypnobirthing untuk persalinan antara lain:
Memberikan perasaan nyaman, rileks, tenang, dan positif pada saat persalinan.
Menghilangkan kecemasan dan ketakutan akan proses persalinan.
Manajemen stres saat persalinan terkendali.
Memastikan Ibu tetap terjaga dan waspada selama bersalin.
Proses persalinan lebih cepat, sehingga meminimalisir penggunaan obat penghilang rasa sakit.
Mengurangi rasa sakit saat bersalin.
Ibu tidak perlu tinggal lama di rumah sakit setelah melahirkan.
Menghilangkan trauma akan persalinan yang selama ini kerap menjadi momok.